Senin, 09 Agustus 2010

Buah lentera hukum
Manisnya betapa pedasnya
Luka-lukaku karenanya
Pecahan piring pun jadi tumbalnya
Lara sedarah benalu keadilan
Jiwa makin merenggut saja
Surga bahagia hanya, ambang pintu
Mutiara-mutiara hukum di campakkanya
Rasanya mati sirih saja
Bibirku saja, di hukum api neraka
Sekapur sirih saja aku , tak berwenang
Cahaya keadilan terpecah di sekelilingku
Betapa hebatnya hukummu menjatuhkan harga diriku
Tak ada sesosok menduakan hati hukum




Gubuk makan tengah sawah
1
Betapa lezat, makanan pedesaan
Aneka sambal banyak kutemui
Kederhanaan makanan desa , sangat istimewa bagi mereka

2
Angin sepoi-sepoi
Keakraban dan berduyung-duyung petani menikmati anugerah Tuhan
Rasa gotong royong adalah ahkir kerja mereka
Panas terik, dengan lahap mereka menyatap makan siang hari itu
Sungguh mereka tak berkurangan
Dalam gubug makan, mereka merasakan ungkapan yang yang tak kujumpai dalam riuk kehidupan kota






Wanita –wanita mutiara


Kusanggahkan pada mereka
Andernalinku mernacap bak pisau tak bertuah manis
Pada malam kamis pertama, aku berkencan dengan dia
Jempatan merah aku merasa suram bersama wanita-wanita mutiara
Betapa ngeri negeri ini?
Membiarkan wanita-wanita mutiara mengemis pada lelaki hidung belang
Kasut kaki tak pantas, menundukkan wanita-wanita mutiara
Umur wanita –wanita seumur jagung di panen

Oh…. Mungkin nasib dia dengan aku
Aku ingin melihat tangisan mereka , dihadapkan aneka gombalan aturan
Betapa musrik aku jika melakukan pelanggaran nista
Suara… suara tak terdengar dalam diri mereka
Cuh!!!! Rasanya aku terpukat oleh harapan bolong
Tubir berbalik arah rasanya, agama dipandang sebelah mata
Nafsu bertubi-tubi mengacam diri mereka





Anak ilalang

Sudut kota penuh anak ilalang tak berdosa
Nasib begini , anak ilalang merantau jauh dari daerahnya
Panas dingin kehidupan mereka terima ikhlas
Bila makan pun hanya mimpi saja
Tidur tak penak seperti istana milik bangsa sendiri
Harapan bangga jadi anak Indonesia sudah jadi bubur
Mungkinkah takdir dari Tuhan




Back packer

Lintang bumi terhempas tak ada hayatnya
Pujian dan tantangan, hanya ilusi dunia
Alam semesta menguji batin seorang anak manusia yang lesu dan nestapa
Padasnya tanah milik Sang Pencipta , itu anugerah
Seuntai napas kehidupan, membawa hati manusia kelubang renungan
Lingkaran garis bumi, sepucuk pedang menggegamkan tangan dan mata
Oh indahnya alam semesta



Buka pintu
Is open the doorrrr

Jawaban yang tak biasa
Hukum melampiaskan keadilan
Dimana keadilan harus dibuka
Jangan lupa palu tak berkarat dijaman akan datang
Orang kecil hanya cacingan, orang berjouis maju tantang hukum






Apa dibalik prie gs

Apa hidup urung janji manis?
Oh jangan bilang sayang, kalau belum berjumpa
Jangan tahkayulah!!!
Banyak orang seperti diatas
Handry Tm, Triyanto Tiwikromo, Lukmantoro, Sarokin Asikin, Raditya Dika,Budi Maryono,Wiwien Minarto,Gunamawan Budi Susanto…………… dan lebih hebat Timur Supbrana mirip Ws Hendra




Kemaluan bangsa


Sudah tajir korupsi!!
Obrolan makin hangat sehangat tai ayam
Dimana PNS , sudah termashyur
Ah rujukkan pak Harto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar