Senin, 30 Agustus 2010

Senyawa yang berbeda

Dua cincin yang berbeda menyatu dalam nasubari alam sesmesta
Nafsu cinta tak bisa dipisahkan dalam hati berdua
Ulur tangan cipta semesta menopang cinta tak nodai nista api neraka
Karma manusia, mengeluk-elukkan harapan surga abadi
Sang ratu bidadari turun dan menjemput perjaka tua di bumi
Oh betapa agungnya cinta murni turun dalam bulan purnama malam suro
Gendang dan gamelan beriak-riak menyambut bidadari yang turun ke bumi
Angin topan dan badai bak kain sultra yang putih, menyerukan wajah kemengan cinta dari dosa dusta
Sorban perjaka melekatkan cinta bidadari yang turun
Khayangan melintasi awan putih bak pesta pernikahan senyaw yang berbeda






Perantau yang susah payah

Kaki bumi , kau telanjangi dengan mata manusia
Langit terbentang luas kau tak hiraukan sampai hayatmu
Kau menari-nari dipadasnya kulitbumi
Sahaya bermimpi engkau penguasa dari segala penguasa
Bayang panas dingin , kau singgahi dengan gembira dan gemita cahaya hati nuranimu
Tajam batinmu mengukur betapa luasnya bumi
Jari-jari intuisimu melupakan segalanya
Taksirrmu melebihi yang ada










Khayangan gemita
Para pendita bersembah sujud pada empunya
Kemenyan kehidupan meluap diatas persembahan
Hanya aroma doa berduyun dalam khimatan
Jiwa dan roh-roh suci bersukaria atas doa-doanya
Irama kecapi dan alunan syukur meramaikan harapan yang dulu duka
Tak seorang pun tahu jalan kesana, dalam persembunyian dari dunia manusia serahkah dan duka



Batu nisan
Seorang anak tiri yang tinggal di bumi
Acap kali orang menatap itu
Hayat siapa yang tahu?
Memang itu indah?
Drajat orang turun dari kemilau kehidupan fana
Tak seorang pun lepas ikata dari batu nisan yang mulia di bumi
Api pun tak bisa menyatapnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar