Minggu, 08 Agustus 2010

Cinderamata perjuangan
Hanya ini tak dimiliki rakyat
Sengatan perjuangan melebur hasrat bersih dari segalanya
Ribuan suara perjuangan hanya serpihan hati rakyat
Ufuk mentari tak bisa mengubah harapan baru
Air mata memhapuskan harapan merdeka
Air liur pun turut bersama
Jiwa merah putih mengakat cinta tanah ibu pertiwi
Disana kita anak bangsa dilahirkan dan di tegur alam kemerdekaan
Air susu ibu bak suntikan menyelamatkan saat kritis





Detik dalam detik
Waktu yang meluncurkan tugas kehidupan
Disana anak manusia menyelami detik dalam detik
Urat waktu tak pernah cemburu atau berbohong
Riak-riuk kehidupan berputar
Roda suka-duka menawarkan kepada kita
Sekejap saja detik dalam detik tak pernah lupa akan keberadaan kita





Luky
Oh luky , hasrat cintamu makin mendaraskan biduang cinta
Disanalah aku tak terkoya
Benteng –benteng cinta kau tegaskan
Oh luky …. Oh luky
Kapan kau meluruskan ikatan cinta kita
My loves you to
Buah-buah cinta melengkapi pujian


Manuk gereja
Mungil dan lucu
Kecil dan burung terindah
Buahan kasih Sang Cipta
Lurus namanya




Napas wanita
Disana aku bergurau masa kecilku
Napas wanita bak harta paling berharga di dunia
Cinta manusia dilahirkannya
Harapan kehidupan bertumpu padanya
Butir-butir udara segar mudah di dapatkan
Jiwa memancarkan hasrat yang besar bagi setiap kehidupan
Sebari nasubari lautan manusia memujanya
Amunisi-amunisi kehidupan menyadarkan insan manusia





Warung tegal
Tempat rakyat bersandar waktu perut kosong
Betapa nikmatnya rakyat mengujungi
Ini balik rupiah menukarkan pangan rakyat
Transaksi berputar dari rakyat melancong
Dukun pun mengesahkan



Kontes budaya jember
Insiprasi nan kreatif meluap ke dunia mode
Sambutan rakyat , membawa harapan bunga mawar yang mekar
Sebiji yang dilakukan rakyat , hanya tarian yang dimiliki rakyat
Rakyat hanya mentawarkan dirinya sendiri






Budak demokrasi
Syair rakyat mati suri
Jiwa rakyat hanya suara-suara comberan saja
Hukum hanya tari-tarian belaka
Pedang rakyat makin tumpul saja
Uang makin tajam , musuh makin menjajah kita
Betapa bencana, akan tiba saatnya
Pilu rakyat akan masuk lubang jarum
Beban makin berat dalam pundak rakyat
Bijak nan ceroboh










Tengah hamil semalam
Sembilan bulang mengadung
Rintihan kesakitan mejulang tinggi
Bayi mungil tumbuh dihadapan ayah-ibunya
Rasa kemengan telah tiba dalam ketimpangan dunia
Napas baru, tumbuh tunas kehidupan
Wajah suka cita dan harapan terang mengahalau kegelapan malam itu
Puja-puji menambah lukisan baru
Betapa sakitnya, pasti akan lupa semalam





Pintar bertarung dalam buaya


Biang kepandaian melangkah kehancuran
Masa depan akan sirna
Mutiara-mutiara bijaksana akan hilang
Mulut-mulut buaya menjebloskan harapan emas





Kasat mata

Kedap-kedip mata menghapuskan yang tidak tawarkan
Tak lupa akan jiwa yang rapuh
Sejaman, aku tak lupakan jiwa dalam kasat mata orang kecil dan miskin
Tahukah engkau mencabik-cabik matamu sendiri
Kau pikul sendiri beban seberat lingkaran besi
Bila tuanmu tahu akan kesusahanmu sendiri
Jangan galau teman, disebrang sana masih ada waktu yang akan mentuntunmu





Belajar nahkoda kehidupan
Tangan ku kuat mengnahkodai kehidupan semata
Alam sesmeta menyaksikan kehidupan
Langkah demi langkah badai pun terlewati
Jiwa raga kehidupan , melaporkan alam nalar
Hati sang nahkoda bimbang rasanya







Buah lentera hukum
Manisnya betapa pedasnya
Luka-lukaku karenanya
Pecahan piring pun jadi tumbalnya
Lara sedarah benalu keadilan
Jiwa makin merenggut saja
Surga bahagia hanya, ambang pintu
Mutiara-mutiara hukum di campakkanya
Rasanya mati sirih saja
Bibirku saja, di hukum api neraka
Sekapur sirih saja aku , tak berwenang
Cahaya keadilan terpecah di sekelilingku
Betapa hebatnya hukummu menjatuhkan harga diriku
Tak ada sesosok menduakan hati hukum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar